Salary 8 Juta? Gue Tolak!
19.29
Yap, gue tolak karena gue ngerasa belum pantas digaji segitu. Skill maupun pengalaman gue belum saatnya untuk dihargai dengan nominal yang menurut gue itu udah gede banget. Realistis aja, hidup memang butuh duit. Tapi jangan "sok idealis" juga. Dan jangan maksain kehendak. Bukannya gue ngeremehin kemampuan diri sendiri atau "harga jual" gue maunya dibayar rendah. Siapa juga yang gak mau digaji gede? Semakin tinggi nilai jual lu, semakin besar tanggung jawab yang di amanatkan ke lu. Dan gue percaya akan tiba waktunya dimana gue baru pantas "digaji 8juta" dan gue juga siap menanggung beban pekerjaan yang dibekali oleh skill dan pengalaman.
Kalau ngomongin salary yah, kayaknya gak bakal pernah habis. Dan selalu menarik buat dibahas. Beberapa waktu lalu, sempat viral di dunia maya a.k.a Instagram. Tentang seorang oknum yang ngaku lulusan UI dan ngerasa gak pantas digaji "DELAPAN JUTA" (untuk ukuran Fresh Graduate) karena dia lulusan UI, jadi gaji segitu gak level buat dia. So what?? Are you kidding me??
Jadi, kronologisnya begini. Waktu itu gue lagi liatin instastory orang-orang, dan ada satu instastory yang cukup menarik perhatian dan cukup membuat malam gue jengkel. Jadi, katakanlah si selebgram, dia ngepost screenshot story orang lain, namanya diblur, dan captionnya seperti ini :
Gue kaget dong, kesel dong, marah! Dan keesokan harinya, beritanya pun viral. Sampai beberapa artis pun ikutan berkomentar. Disini gue mencoba untuk berpendapat mengenai hal itu, berdasarkan sudut pandang gue. Ada beberapa faktor atau point penting kenapa tindakan ini sangatlah buruk dan menyesatkan :
1. Interview kerja di PERUSAHAAN LOKAL dan nawarin gaji CUMA 8 JUTA DOANG!
Oke, ada apa dengan perusahaan lokal? Sebegitu rendahnya perusahaan lokal di mata ANDA? Kalau memang kita ngerasa "pintar", kenapa gak apply di perusahaan asing? Yang gue tangkep disini adalah, dia secara tidak langsung menunjukan rasa tidak saling menghargai. Kerja perusahaan lokal bukan berarti buruk. Perusahaan lokal di Indonesia yang besar diantaranya Martha Tilaar Group, Bio Farma, PT Mega Andalan Kalasan, Polygon, Telkom Indonesia dan masih banyak lagi. Itu baru perusahaan, bagaimana dengan startup unicorn dan decacorn? Beuh, kalau kerja disana gajinya gede cuy. Masih mau anggap remeh perusahaan lokal???
Trus, dia nolak gaji karena si empunya cuma nawarin (CUMA ya C.U.M.A) 8 juta (J.U.T.A) doang. Gini, buat adek-adek diluar sana yang mau lulus atau lagi skripsi, setelah lulus kalian bakal menyandang gelar "Fresh Graduate". Syukur-syukur kalau misalkan kalian punya segudang pengalaman selama kuliah, seperti ikut lomba trs dapet sertifikat, seminar, kegiatan volunteer, aktif di organisasi, magang, internship, ikutan project diluar kampus, atau freelance. Banyaklah, intinya di CV kalian informasinya gak cuma sekedar deskripsi, profil diri, riwayat sekolah dan skill yang kalian sendiri juga gak begitu yakin dengan skill itu. Lalu kalian apply ke beberapa perusahaan. Dan pada saat keterima, kalian bakal dikasih tau benefit yang didapat apa aja, salarynya berapa, jobdesknya apa. Disitu kalian bakal tau, kalian bakal digaji berapa. Berapapun yang ditawarkan, bersyukurlah terlebih dahulu. Jangan tamak, apalagi yang belum punya pengalaman selama kuliah, kayak gue nih. Biasanya ya gaji untuk FG itu berkisar 3,6jt s/d 5jt. Tergantung perusahaan. Bahkan ada yang digaji berkisar 2,5jt s/d 3,3jt. Logikanya nih ya, lu pergi ngelamar di perusahaan berbekal ilmu yang lu dapat selama kuliah doang yang notabene kalian gak tau dunia kerja itu seperti apa. Msti dikasih ini itu, diajarin ini itu, ada yang ditraining dulu baru kerja. Si perusahaan juga mikir dong, orang yang belum terlalu paham dan ngerti apa-apa, ya dikasih gaji sesuai dengan standar si calon dong. Sadar diri aja, iye gue tau. Buat perantau kayak gue, kalau digaji 3,6jt gak akan cukup. Nabung pun pas-pasan. Belum lagi bayar sewa kos, biaya hidup perbulan.
Terlepas lu mau lulusan mana, bangga sih udah pasti kalau lu lulusan dari kampus terkenal. Tapi jangan pernah jadiin almameter lu sebagai patokan dalam menentukan seberapa "pantas" lu dihargai.
2. Fresh Graduate lulusan UI, lho!! UI, Universitas Indonesia!! Jangan samain lulusan UI denga kampus lain
Terus kenapa kalau lu lulusan UI, bambang? Kita atau si HRD harus hormat dan sujud dikaki lu gitu?? Gak juga keleus. Rasis terhadap ras, suku dan agama itu sudah umum terjadi di negara kita. Kalau rasis terhadap "lulusan mana"? Banyak cuy. Masih banyak banget diantara kita yang suka membeda-bedakan seseorang hanya karena dia lulusan kampus swasta, tidak terkenal, jurusan, dan IPK tentunya.
"Gak level gue ih"
Ya kira-kira begitulah. Apakah faktor kepintaran ditentukan hanya berdasarkan kampus? Kampus itu wadah. Wadah tempat lu nuntut ilmu. Dan kita cuma sebagai pendatang, mengisi wadah tersebut. Gue kasih ilustrasi. Ada dua wadah (gelas). Gelas yang pertama terbuat dari emas, gelang kedua terbuat dari plastik biasa. Kacalah misalkan. Nah, di gelas pertama lu tuangin air putih (nothing special). Secara tidak langsung, alam bawah sadar kita mengatakan, airnya enak, mewah, dan mahal. Hanya karena wadahnya mewah. Kita jadi gak sadar, kalau yang didalamnya cuma air putih doang. Trus, di gelas kedua, lu kasih air yang ada rasanya. Misal jus, kopi, atau teh. Walaupun rasanya enak, tapi orang-orang gak bakal begitu tertarik karena gelasnya cuma terbuat dari plastik. Padahal isinya bagus.
Kesimpulannya apa? Kalau lu lulusan kampus terkenalpun, kalau lu lulus dengan nilai seadanya, tidak ada yang spesial, ya orang-orang akan tetap melihat embel-embel almamater lu. Dan lu juga kecipratan euforia kebanggaan itu. Sementara, mereka yang lulus dengan nilai yang memuaskan dan datang dari kampus, katakanlah orang-orang banyak yang gak tau dengan kampus kita, tidaklah dilirik. Menyakitkan, tapi yasudahlah. Emang culture kita sepertinya dibangun seperti itu.
3. UI levelnya PERUSAHAAN ASING alias LN. Kalau LOKAL mah OKE aja, asal HARGA COCOK
Pertama, dia ngerasa gak level dengan kampus lain. Kedua, dia ngerasa kalau UI levelnya perusahaan LN. Dan yang ketiga, kalau perusahaan lokal oke kalau harga cocok. Oke, kesimpulan yang gue tarik :
- Mindset yang mengatakan bahwa lulusan UI itu patut dihargai, disanjung dan dihormati
- Perusahaan LN wajar ngasih gaji 8jt
- Perusahaan lokal GAK WAJAR ngasih 8jt, harus diatas 8juta
Lagi, lagi dan lagi. Kenapa mindset seperti ini harus tertancap bak paku terhadap generasi kita? Anak muda lho. Perusahaan raksasa seperti Google, Amazon, Alibaba, Facebook itu sama sekali tidak memperhitungkan mereka lulusan dari negara mana, kampus apa. Mereka bahkan gak sungkan menerima yang hanya lulusan SMA untuk bekerja di perusahaan mereka. Asalkan, berkompeten. FYI, teman satu bootcamp gue itu ada yang lulusan UGM, ITB, ITS tapi tidak satupun dari mereka yang menyombongkan almamater. Yang gue soroti disini, dia menganggap kalau perusahaan LN wajar ngasih harga segitu. Referensinya darimana? Bukannya seharusnya perusahaan LN yang harus ngasih kita harga sesuai dengan ekspetasi? Terus kenapa perusahaan lokal harus ngasih gaji diatas 8 juta?
Si perusahaan ngasih kita harga "rendah", dalam artian tidak sesuai dengan harapan kita, seperti kasus ini, itu bukan berarti mereka tak mampu. Ada beberapa faktor/indikator sesuai standar perusahaan, HRD terhadap si calon, "orang ini layak dikasih berapa". Pasti sudah ada rule dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Mereka juga gak masalah sebenernya mau kasih kita berapa, tapi kompetensi kita apakah berbanding lurus dengan "harga" yang ditawar??? Realistis lah.
Jadi intinya adalah "Mengubah mindset dan memantaskan diri tanpa harus menyinggung pihak lain.". Jadilah manusia yang banyak bersyukur, realistis, dan tidak suka memaksakan kehendak. Ingatlah, bahwa harga yang kamu anggap remeh itu, bisa jadi itu adalah "harapan dan cita-cita orang lain".
0 komentar