Source : google
Udah lama gak nulis karena somehow lagi lumayan sibuk dan kemageran gue yang semakin hari semakin naik level. Entahlah I dont know, mungkin karena terlalu menghabiskan waktu untuk memikirkan hal-hal yang akan terjadi dalam beberapa tahun kedepan.
Bulan lalu akhirnya gue dapat kesempatan buat balik ke kampung halaman setelah satu tahun merantau. Momen yang pas dan tepat buat balik karena si dia juga udah graduated. Ohiya di post kali ini bakal penuh dengan cerita random, apa yang gue pikirin apa yang terlintas di benak gue, bakal gue tulis. Jadi maaf kalau rada gak nyambung.
Di sepanjang tahun ini gue kayaknya lagi dikasih serangan jantung bertubi-tubi, konotasi ya. Bukan yang sebenarnya. Tahun ini adalah tahun dimana temen dan junior gue, pada hobi mendadak nikah. Absurd banget yak, ya maksud gue itu tiba-tiba aja mereka udah nyebar undangan, padahal gak pernah ngepost poto pacaran (atau dijodohin kali ya atau memang si cowo datang dalam keadaan mapan dan temen gue juga udah siap jadi siap untuk nikah), atau ada lagi yang tiba-tiba post poto prewed padahal yang gue tau mereka dulu pacaran dengan si ono. Ya namanya jodoh ya, hari ini post dengan si A, lusa post poto prewed dengan si B. Who knows. Terus ada lagi, gue tau dia punya pacar dan pacaran dengan si A, lalu tiba-tiba memutuskan untuk nikah. Wajarlah ya, ya mereka nikah dengan pacarnya. Cuma yang bikin gue kaget itu, mereka jarang ngumbar poto berdua tapi tiba-tiba nikah. Kalian yang tau instagram gue dan udah liat poto-poto yang ada di gallery gue, itu dikit banget. Karena sebagian besar gue arsipin dan beberapa tahun belakang gue juga udah jarang ngepost poto berdua sama si dia. Dan untungnya dia gak terlalu mempermasalahkan. Karena semakin kesini gue udah gak mau lagi orang terlalu sok tau tentang hubungan gue, terlalu banyak kaum kepo diluar sana. Bahkan ada juga yang nanya "masih sama si dia gak?". Mungkin ya, alasan gue ini juga kurang lebih sama dengan temen gue yang udah nikah sama pacarnya tapi jarang ngumbar dan pamer. Liat banyaknya angkatan gue yang udah mulai memutuskan untuk nikah satu per satu, gue jadi malu dengan diri sendiri. Rasa malu itulah yang bikin gue mulai mengontrol apa yang mau post dengan dia. Sebenarnya itu hak kita, tapi ada rasa takut, takut kalau selama ini kalau gue terlalu berlebihan untuk pamer, ternyata dia bukan jodoh gue. Yang memutuskan itu semua sebenarnya bukan kita, tetapi Tuhan kita. Dan kita berusaha untuk ikhlas menerima, namun sebagian dari kita, terkadang suka lupa diri dan gak sadar sampai melontarkan kalimat bernada sumbang.
Kayak gini misalkan
"Kasian ya jagain jodoh orang"
"Makanya jangan terlalu pamer"
"Dasar mampus lu, sering pamer eh malah ditinggal dia nikah dengan yang lain"
Emangnya itu kemauan kita? Kalau misalkan sedikit saja kita mencoba untuk berempati dan mengontrol diri untuk tidak mengucapkan hal menyakitkan itu dan mengingat bahwa apa yang terjadi dengan "dia" adalah suatu bentuk ketetapan dari Tuhan. Simpel tapi pelaksanaannya berat. Disaat hati mencoba untuk ikhlas dengan takdirnya, tapi ada saja yang buat hati menangis karena omongan orang lain.
Cerita selanjutnya ada lagi. Gue udah 23 tahun hidup dan bernafas di dunia ini (Alhamdulillah", otomatis gue udah bertemu dengan beragam karakter, sifat orang lain. Walaupun gak sebanyak kalian yang baca postingan gue ini. Dari puluhan karakter itu, gue bikin circle terkecil aja, yaitu pamer dan sombong. Sejujurnya, kalau gue disuruh milih temen yang satu suka ngomong kasar dan yang satunya lagi pamer dan sombong, gue lebih milih yang suka ngomong kasar. Kedua pilihan itu gak baik sih, tapi misalkan. Alasannya karena gue gak nyaman sama karakter itu. Again, kita gak bisa mengontrol prilaku dan sifat orang lain, apalagi teman ya, gak bakalan bisa. Kita boleh saja memberi nasehat dan pandangan, selebihnya balik ke orang itu. Dan gue sadar akan hal itu. Makanya jalan satu-satunya adalah menghindar. Atau kalau misalkan lu diharuskan untuk bertemu tatap muka dengan dia setiap hari? Yasudah cuekin aja.
Gue ya entah kenapa mulai jadi agak rada sensitif, semakin kesini gue gak mau orang lain terlalu kepo dan memaksakan idealis mereka ke gue. Kayak gini (yang sering gue terima)
"Lu kan udah lama sama dia, nikah gih"
"Kamu sama dia aja, dia kaya tuh"
"Harga segitu murah mah, uang kamu kan banyak, beli dong"
"Atau jangan-jangan kamu bucin ya?"
"Itu yang di instagram siapanya kamu?"
Dan kalimat tersotoy dan terANJIR lainnya. Makanya gue gak mau lagi terlalu ngurusin hidup orang. Urusan mereka apa gitu. Gak ada faedahnya juga kan? Makasih lho udah perhatian sama gue sampai ngurusin hal-hal pribadi gue. Masing-masing dari kita, sudah punya waktu versi diri sendiri. Tinggal bagaimana kita terus berusaha dan tetap berada di jalan yang kita yakini benar. Gue salut ya, liat beberapa selebgram (gak semua selebgram), yang fokus dan tetap jalan lurus dengan passion mereka. Gue liatnya tuh mereka jarang deh ngurusin hidup orang lain, atau mungkin ada kali ya tapi gak mereka share ke publik. Dan ketika mereka sharing kegiatan travelling ke LN, rasanya tuh kayak bangga karena mereka bisa berada di titik itu berkat usaha dan kerja keras. Juga campur tangan dari Tuhan. Tanpa harus nyindir sana nyindir sini karena merasa diri mereka benar dan agung. Kecuali kalau mereka yang dilukai oleh perbuatan dan omongan orang lain, terus mereka balik nyindir. Itu beda case yak.
Yah intinya dari cerita gue ini, apa ya gue juga bingung. Sekedar pelepas keluh kesah aja, karena dulu pernah ada yang bilang ke gue "kamu daripada numpahin segala macam di sosial media (waktu itu masih facebook-an) dan omonganmu kadang kasar, mending kamu nulis. Biar lebih plong". Makasih buat kamu (cewe ya), yang udah ngingetin gue. Padahal itu nasehat udah lama banget, jaman SMA. Thanks a lot, put! Sekian dulu ya, byebye